Senin, 21 Juni 2010

Makassar Boleh Berbangga


Takunjunga’ bangung turu’, nakugunciri’ gulingku, kualleangnga tallanga natoalia.

Sebuah Pribahasa Kuno Makassar, Yang artinya Layarku telah kukembangkan, Kemudiku telah kupasang, Kupilih tenggelam daripada melangkah surut. Merupakan prinsip orang makassar yang membuat orang makassar dikenal sebagai pelaut ulang dimasa lampau. Prinsip yang dipegang teguh yang membuatnya terkenal hingga belahan Dunia Barat dan sempat menorehkan sejarah yang tentunya patut kita banggakan sebagai bangsa yang Besar dan mampu memberikan nama besar pula. Adalah sebuah kisah yang fantastis bagi kita yang hidup di masa sekarang untuk membayangkan cerita-cerita petualangan mereka yang sangat jauh itu dengan hanya menggunakan perahu khas Makassar yang sangat sederhana. Mereka memiliki ketegaran hidup dan semangat pantang menyerah. Gelombang tinggi dan laut yang sangat luas bukanlah hambatan bagi mereka untuk mencapai negeri yang mereka tuju.

Menurut seorang sejarawan Perancis yang bernama Christian Pelras, orang-orang makassar pada jaman dahulu banyak yang meninggalkan kampung halaman begitu jauh dan begitu lama. Bahkan tak sedikit dari mereka menikah dengan warga pribumi dimana mereka berada dan memiliki keturunan di tempat mereka datangi.

Mungkin masih sedikit dari kita yang mengetahui kalau ada Nenek Moyang kita yang telah menorehkan sejarah di eropa tepatnya Perancis. Ceritanya di awali dengan perginya daeng mangalle dari Kerajaan gowa ke Banten. Dengan pendiriannya yang tengguh ia pun di benci oleh keluarganya yang setuju diadakan gencatan senjata, demi rakyat Gowa yang sudah banyak menderita. maka beliau pun bersama pengikutnya meninggalkan Gowa untuk menuju ke Jawa. Beliau mendarat di Banten, dan di terima baik oleh Sultan Banten, dan beliau pun berhasil mempersunting seorang putri sultan Banten Bernama Angke Sapiah. Belanda pun tau kedatangn beliau di Banten ,dan beliau mau di tangkap cuma gagal. Beliau meninggalkan Banten pada tahun 1674 dan belayar menuju Kota Ayuthia di kerajaan Siam(Thailand). Disana beliau diterima baik oleh Raja Siam. Beliau diberi rumah, Emas dan pekerjan sebagai seorang menteri keuangan. Merupakan pekerjaan membutuhkan kepercayaan tinggi. Setelah berapa tahun beliau pun memperbaiki hubungannya dengan Raja Gowa ke XVIII. Meskipun awalnya orang makassar memiliki hubungan yang sangat Harmonis dengan rakyat pribumi Kerajaan Syiam, akan tetapi sebuah konflik kecil terjadi pada tahun 1686 yang mengakibatkan terjadi permusuhan antara mereka. Konflik tersebut kemudian melahirkan sebuah pemberontakan orang Makassar terhadap Raja Syiam.
Konflik tersebut di awali oleh keinginan Orang Makassar mempertahankan kehormatan mereka. Saat itu, Orang Melayu dan Campa merencanakan pemberontakan terhadap Raja Syiam. Rencana pemberontakan ini diketahui oleh Pangeran Makassar.
Singkat cerita, rencana pemberontakan tersebut kemudian bocor ketelinga Raja Syiam. Meskipun bukti kongrit keterlibatan orang Makassar di pemberontakan tersebut tidak ada tetapi oleh Raja Syiam, ketiga suku tersebut di panggil bersama-sama untuk meminta maaf kepada Raja dan niscaya mereka akan di ampuni. Maklumat dari Raja Syiam tersebut ternyata di patuhi oleh orang-orang Campa dan orang Melayu tetapi tidak demikian halnya oleh orang Makassar.
Pangeran Makassar menolak meminta maaf kepada Raja Syiam. Tentang penolakan meminta maaf ini, Pelras menulis : "Hanya pangeran Makassar yang menolak meminta maaf. Alasannya, dia tidak pernah mau memberontak. Hanya saja kesalahannya adalah bahwa dia tidak melaporkan rencana pemberontakan orang Melayu dan Campa kepada Raja Syiam - alasan sang pangeran karena dia juga tidak mau mengkhianati ke dua sahabatnya dengan membuka rahasia yang telah di percayakan kepadanya. Bagaikan buah simalakama.
Tetapi Pangeran Makassar tetap konsisten pada sikapnya, bahwa mereka sama sekali tidak bersalah, karena itu mereka tidak akan memenuhi maklumat Raja Syiam, sebab tidak wajar bagi mereka datang meminta ampun dan merendahkan diri kepada raja untuk kesalahan yang tidak mereka lakukan. Penolakan tegas ini, semakin mempertegang hubungan orang Makassar dengan pihak kerajaan Syiam yang dibantu oleh pasukan Inggris-Perancis.

Pemicu pemberontakan dimulai ketika suatu hari sebuah kapal dagang dari Makassar tiba di Ayuthia membawa bingkisan raja Gowa untuk Pangeran Makassar. Kedatangan mereka ini kemudian di gunakan oleh pihak Raja Ayuthia untuk menahan semua awak kapal karena di khawatirkan akan bergabung dengan kelompok pangeran Makassar yang tidak mau memohon ampun.

Dengan siasat licik, patroli kerajaan Ayuthia berpura-pura memeriksa surat jalan nakhoda kapal Makassar ketika mereka berniat kembali. Pemeriksaan ini sesungguhnya hanyalah alasan agar semua awak kapal ditahan secara halus.

Tatkala nakhoda dan awak kapal mengetahui siasat licik ini, mereka yang waktu hanya berjumlah 6 orang mengamuk di ruang pertemuan pasukan kerajaan. Seorang perwira dan penerjemah perancis berhasil di bunuh.

Pergolakan di kapal ini terus berlanjut. Awak kapal lain yang berada di luar gedung serentak maju menggunakan sarung mereka sebagai perisai. Mereka dengan keberanian mengagumkan menerobos pasukan Ayuthia dan perancis dan membunuh siapa saja yang mereka jumpai. Konon, menurut Pelras banyak pasukan Ayuthia yang lari kocar kacir mencari perlindungan meskipun mereka menggunakan senjata api dan meriam.

Peperangan di kapal tersebut kemudian menjalar sampai di perkampungan Makassar tempat dimana Daeng Mangalle dan 120 orang Makassar telah siap dengan badik mereka.

Beberapa hari kemudian pertempuran sengit terjadi antara orang Makassar yang berjumlah 120 orang yang hanya berbekal Badik melawan armada gabungan antara Pasukan Kerajaan Syiam dibantu oleh Armada Perancis dan Inggris yang berjumlah 4000 orang yang dilengkapi dengan Senjata Api dan Meriam

Berselang 3 minggu, pemberontakan ini berhasil di padamkan setelah semua laskar Makassar tewas termasuk Daeng Mangelle dan lebih dari 1000 Prajurit kerajaan Syiam-perancis-inggris Mati ditangan orang-orang Makassar yang hanya berbekal badik ditangan. Sungguh tidak masuk akal. Jika ditelaah oleh logika kita jika 120 orang Makassar mampu menghabisi 1000 Pasukan dari 4000 pasukan yang bersenjatakan senapan api dan Meriam, Walaupun pada akhirnya mereka Gugur juga. Semua itu demi siri’ na Pacce

Ketika Daeng Mangelle gugur dan Roboh ditembak, kedua anaknya yaitu Daeng Ruru’ yang berumr 14 tahun dan Daeng Tulolo berumur 12 tahun mendekat dan Menangis dihadapan Ayahnya. Konon mereka Berdua dibawa ke Perancis dan diberi Kesempatan untuk belajar Bahasa dan pendidikan di Perancis. Mereka Tumbuh Dewasa Disana dan Di Angkat menjadi Anak angkat Oleh Raja Louis XIV. Mereka Disenangi Oleh Raja Louis XIV karena memiliki Sikap Pemberani yang merupakan prinsip orang makassar Siri’ na Pacce. Masing-masing mereka diberi nama oleh raja louis XIV yakni Daeng Ruru’ diberi nama Louis Pierre Daeng Ruru’ De Macassar dan Daeng Tulolo diberi nama Louis Douphin Daeng Tulolo De Macassar. Dan konon mereka tercatat sebagai pahlawan di perancis karena pernah memimpin perang Melawan Inggris di Perairan Havana, Kuba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar